Sabtu, 05 Februari 2011

Paul Scholes, Si Wajah Pucat Yang Pemalu

Paul Scholes
Hanya ada sedikit pemain yang loyal dengan satu klub sepanjang kariernya. Salah satunya adalah Paul Scholes, salah seorang gelandang terbaik digenerasinya. Sama seperti Francesco Totti atau Paolo Maldini. Bersama Ryan Giggs, Scholes adalah pemain yang menghabiskan seluruh karirnya untuk membela Manchester united, sama sekali tak pernah berfikri untuk mencari klub lain kendati banyak tawaran main dari berbagai klub besar lainnya.
Ketika David Beckham baru pertama kali berlatih bersama tim Madrid, pertanyaan yang pertama kali muncul dari rekan barunya bukan bagaimana rasanya pindah ke Spanyol. Bukan pula akan tinggal di daerah mana di Madrid. Tentu saja bukan tentang isterinya, Victoria Adams alias Posh. Tetapi, “bagaimana rasanya bermain satu tim dengan Paul Scholes ?” Ya, Paul Scholes. Si wajah pucat yang merupakan gelandang serang Manchester United. Walaupun penggemar bola sering meremehkan pemain ini tapi dalam lingkungan sepakbola Eropa namanya memang dihormati dan dijunjung tinggi.
Dia merupakan salah satu anggota generasi emas Manchester united bersama David Beckham, Ryan Giggs, Nicky Butt, serta Neville bersaudara (Phil Neville dan Garry Neville). Tapi disbanding dengan rekan angkatannya itu Scholes seperti lepas dari radar.
Mungkin ini tak lepas dari pribadi Scholes yang pemalu dan sengaja menutup diri dari sorotan media. Dia sendiri jarang memberikan wawancara kepada wartawan, tidak pernah datang ke pesta selebriti apalagi keluyuran di club malam, sangat pendiam bahkan dengan teman-teman akrabnya. Konon selama hampir dua puluh tahun bermain sepakbola Scholes hanya empat kali memberi wawancara eksklusif. Sungguh pribadi yang tertutup. Salah satu dari sedikti pesepakbola yang tidak memiliki agen, seluruh negosiasi kontrak diurus oleh dirinya sendiri.
Ketika dipertandingan Scholes beraksi sangat hebat dan wartawan berebut untuk mewawancarainya dia langsung menghilang dari peredaran, orang tak akan tahu apa yang dipikirkannya. Jika di lapangan dia adalah seseorang yang berbahaya bahkan bisa menjadi predator bagi lawan-lawanya, tapi begitu pertandingan usai dia langsung berubah jadi pribadi yang pendiam.
Scholes termasuk yang enggan mengespresikan diri kecuali di lapangan. Setelah Eric Cantona mundur dialah yang menjadi denyut permainan MU. Permainan satu-duanya diakui pesepakbola sebagai yang terbaik di Eropa.
Imajinasinya dalam memberi umpan tidak lumrah. Yang hebatnya, menurut Ruud Gullit, mantan bintang tim Orange dan AC Milan ini mengatakan bahwa Scholes melakukan semua itu dengan sangat sederhana, bagi penonton yang menyaksikannya mungkin terlihat biasa-biasa saja, tapi lawan dan rekannya sering terbengong-bengong. Luar biasa !
Tak hanya sebagai pengalir serangan, dia juga bisa menciptakan gol-gol spektakuler lewat kepala dan tendangannya yang terkenal keras dan akurat, terbukti dari 458 kali tampil bagi MU ia sudah mencetak 102 gol, hmm…tidak buruk untuk seorang gelandang.
Menyebut sukses MU orang akan menyebut pemain seperti : Eric Cantona, Ryan Giggs, David Beckham, Nicky Butt, Keane, Neville bersaudara, bahkan Ronaldo dan pemain-pemain besar lainnya, Tapi cabutlah Paul Scholes dari tim Manchester united maka semua bintang itu akan mengatakan jangan.
Saat ia memilih mundur dari Tim nasional isu yang beredar adalah Sven Goran Eriksson memainkanya di posisi yang bukan menjadi posisinya dan bosan dengan gaya permainan yang ditampilkannya. Tapi dia tak pernah mengatakan apapun. Tidak mengkritik, tidak menjelekan, atau mencela. Steve McLaren yang menggantikan Eriksson berulangkali membujuknya untuk masuk tim nasional Inggris, berulangkali pula ia menolaknya dengan alasan untuk meluangkan waktu bagi keluarga.
Bahkan diusianya yang ke-35 disaat kemampuannya sudah berkurang terutama staminanya untuk menusuk kotak penalti, Fabio Capello tetap memanggilnya untuk dibawa ke Afrika Selatan namun Capello sudah menutup pintu untuk pemain dengan profil besar di Inggris, David Beckham dengan alasan sudah terlalu tua, dan Scholes kembali menolak dengan alasan salah satunya tidak enak dengan pemain Inggris yang sudah berjuang selama kualifikasi.
Ketika Manchester United bertemu AC Milan di Liga Champions. Di hadapan wartawan pelatih Milan saat itu Carlo Ancelotti (kini melatih Chelsea) mengatakan tidak ada satupun pemain MU yang akan masuk ke 11 pemain utama Milan. Padahal di situ ada Ryan Giggs, Cristiano Ronaldo atau Wayne Rooney dan sejumlah nama lain. Tapi Ancelotti kemudian terdiam sejenak lalu berkata, “yahh…kecuali Paul Scholes”.


Oleh Aulia Fikri__dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

tolong kritik & sarannya
harap berkomentar dengan kata-kata yang pantas
trim's

Bookmark and Share

Modified by Blogger Tutorial

Blogger Communities ©Template Nice Blue. Modified by Indian Monsters. Original created by http://ourblogtemplates.com Blogger Styles

TOP